127. HAMIL DARI MUHALLIL TANPA SADAR MENIKAH LAGI
Assalaamu'alaikum....
Afwan, curhat dikit....
Setelah cerai dari pernikahan muhallil, dan telah selesai masa iddah, langsung akad lagi suami yang pertama.
Selama masa iddah, saya tidak tau kalau sedang hamil, tidak merasakan tanda-tanda ngidam atau mual. Karena kebiasaan haid selama dua tahun ini kurang teratur, kadang dapet bisa dua kali sebulan, kadang empat bulan setelahnya baru haid lagi. Namun yang jelas iddah saya sudah selesai tiga kali sucian.
Dua minggu setelah bersama suami yang pertama, saya baru merasakan pusing dan meriang, dan positif hamil lebih tiga bulan setelah periksa ke dokter.
Pertanyaan:
1. Apakah sah perceraian saya dengan suami muhallil?
2. Sahkah pernikahan saya dengan suami pertama. Dan Hubungan yang saya lakukan selama dua minggu ini bersama suami pertama, termasuk zina apa tidak?
3. Jika anak saya lahir, nasab ke siapa?
Jawaban:
1. Perceraiannya tetap sah. Karena wanita hamil tetap sah diceraikan.
2. Pernikahan kembali dengan suami pertama juga sah, karena secara dzohir dilakukan setelah iddah selesai. Kecuali jika kandungannya lahir di bawah enam bulan dari hubungan bersama suami pertama, maka pernikahannya dianggap batal. Untuk masalah hubungan yang terjadi dengan suami pertama, jika pernikahannya tetap sah, maka jelas halal. Dan jika batal, maka disebut wathi' syubhat dan hukumnya tidak halal juga tidak haram.
3. Anak yang dilahirkan nasab pada suami pertama jika lahir enam bulan atau lebih terhitung dari dari hubungan dengan suami pertama. Dan nasab ke suami muhallil jika lahir di bawah enam bulan.
Catatan:
Batal tidaknya pernikahan kembali dengan suami pertama dan nasab anak, menunggu lahirnya anak.
Referensi:
Afwan, curhat dikit....
Setelah cerai dari pernikahan muhallil, dan telah selesai masa iddah, langsung akad lagi suami yang pertama.
Selama masa iddah, saya tidak tau kalau sedang hamil, tidak merasakan tanda-tanda ngidam atau mual. Karena kebiasaan haid selama dua tahun ini kurang teratur, kadang dapet bisa dua kali sebulan, kadang empat bulan setelahnya baru haid lagi. Namun yang jelas iddah saya sudah selesai tiga kali sucian.
Dua minggu setelah bersama suami yang pertama, saya baru merasakan pusing dan meriang, dan positif hamil lebih tiga bulan setelah periksa ke dokter.
Pertanyaan:
1. Apakah sah perceraian saya dengan suami muhallil?
2. Sahkah pernikahan saya dengan suami pertama. Dan Hubungan yang saya lakukan selama dua minggu ini bersama suami pertama, termasuk zina apa tidak?
3. Jika anak saya lahir, nasab ke siapa?
Jawaban:
1. Perceraiannya tetap sah. Karena wanita hamil tetap sah diceraikan.
2. Pernikahan kembali dengan suami pertama juga sah, karena secara dzohir dilakukan setelah iddah selesai. Kecuali jika kandungannya lahir di bawah enam bulan dari hubungan bersama suami pertama, maka pernikahannya dianggap batal. Untuk masalah hubungan yang terjadi dengan suami pertama, jika pernikahannya tetap sah, maka jelas halal. Dan jika batal, maka disebut wathi' syubhat dan hukumnya tidak halal juga tidak haram.
3. Anak yang dilahirkan nasab pada suami pertama jika lahir enam bulan atau lebih terhitung dari dari hubungan dengan suami pertama. Dan nasab ke suami muhallil jika lahir di bawah enam bulan.
Catatan:
Batal tidaknya pernikahan kembali dengan suami pertama dan nasab anak, menunggu lahirnya anak.
Referensi:
*تحفة المحتاج هامش حواشى الشرواني؛ ج ٨، ص ٢٤٢*
(ﻭﻟﻮ ﻇﻬﺮ ﻓﻲ ﻋﺪﺓ ﺃﻗﺮاء ﺃﻭ ﺃﺷﻬﺮ) ﺃﻭ ﺑﻌﺪﻫﺎ (ﺣﻤﻞ ﻟﻠﺰﻭﺝ اﻋﺘﺪﺕ ﺑﻮﺿﻌﻪ) ؛ ﻷﻧﻪ ﺃﻗﻮﻯ ﺑﺪﻻﻟﺘﻪ ﻋﻠﻰ اﻟﺒﺮاءﺓ ﻗﻄﻌﺎ
(ﻭﻟﻮ اﺭﺗﺎﺑﺖ) ﺃﻱ ﺷﻜﺖ ﻓﻲ ﺃﻧﻬﺎ ﺣﺎﻣﻞ ﻟﻮﺟﻮﺩ ﻧﺤﻮ ﺛﻘﻞ ﺃﻭ ﺣﺮﻛﺔ (ﻓﻴﻬﺎ) ﺃﻱ اﻟﻌﺪﺓ ﺑﺄﻗﺮاء ﺃﻭ ﺃﺷﻬﺮ (ﻟﻢ ﺗﻨﻜﺢ) ﺁﺧﺮ ﺑﻌﺪ اﻷﻗﺮاء ﺃﻭ اﻷﺷﻬﺮ (ﺣﺘﻰ ﺗﺰﻭﻝ اﻟﺮﻳﺒﺔ) ﺑﺄﻣﺎﺭﺓ ﻗﻮﻳﺔ ﻋﻠﻰ ﻋﺪﻡ اﻟﺤﻤﻞ ﻭﻳﺮﺟﻊ ﻓﻴﻬﺎ ﻟﻠﻘﻮاﺑﻞ ﻭﺫﻟﻚ؛ ﻷﻥ اﻟﻌﺪﺓ ﻗﺪ ﻟﺰﻣﺘﻬﺎ ﺑﻴﻘﻴﻦ ﻓﻼ ﺗﺨﺮﺝ ﻋﻨﻬﺎ ﺇﻻ ﺑﻴﻘﻴﻦ ﻓﺈﻥ ﻧﻜﺤﺖ ﻣﺮﺗﺎﺑﺔ ﻓﺒﺎﻃﻞ ﻛﺬا ﻋﺒﺮا ﺑﻪ ﻗﺎﻝ اﻹﺳﻨﻮﻱ ﻭاﻟﻤﺮاﺩ ﺑﺎﻃﻞ ﻇﺎﻫﺮا ﻓﺈﻥ ﺑﺎﻥ ﻋﺪﻡ اﻟﺤﻤﻞ ﻓﺎﻟﻘﻴﺎﺱ اﻟﺼﺤﺔ ﻛﻤﺎ ﻟﻮ ﺑﺎﻉ ﻣﺎﻝ ﺃﺑﻴﻪ ﻇﺎﻧﺎ ﺣﻴﺎﺗﻪ ﻓﺒﺎﻥ ﻣﻴﺘﺎ اﻧﺘﻬﻰ ﻭﻛﻮﻥ اﻟﻘﻴﺎﺱ ﺫﻟﻚ ﻭاﺿﺢ ﻛﻤﺎ ﻗﺪﻣﺘﻪ ﻣﻊ ﺯﻳﺎﺩﺓ ﻓﺮﻭﻉ ﻭﺑﻴﺎﻥ ﻓﻲ ﺑﺤﺚ ﺃﺭﻛﺎﻥ اﻟﻨﻜﺎﺡ ﻭﻣﻤﺎ ﻳﺼﺮﺡ ﺑﻪ ﻣﺎ ﻳﺄﺗﻲ ﻓﻲ ﺯﻭﺟﺔ اﻟﻤﻔﻘﻮﺩ اﻟﻤﺒﻄﻞ ﻟﻜﻮﻥ اﻟﻤﺎﻧﻊ ﻓﻴﻬﺎ ﻭﻫﻮ اﻟﻨﻜﺎﺡ اﻟﻤﺤﻘﻖ اﻟﺬﻱ اﻷﺻﻞ ﺑﻘﺎﺅﻩ ﺃﻗﻮﻯ اﻟﻔﺮﻕ ﺑﺄﻥ اﻟﺸﻚ ﻫﻨﺎ ﻓﻲ ﺣﻞ اﻟﻤﻨﻜﻮﺣﺔ ﻭﺑﺄﻥ اﻟﻌﺪﺓ ﻟﺰﻣﺘﻬﺎ ﻫﻨﺎ ﻇﺎﻫﺮا ﻭﺫﻟﻚ؛ ﻷﻥ ﻛﻼ ﻣﻦ ﻫﺬﻳﻦ ﻏﻔﻠﺔ ﻋﻤﺎ ﺫﻛﺮﻭﻩ ﻓﻴﻬﺎ ﻣﻦ اﻟﻨﻈﺮ ﻟﻤﺎ ﻓﻲ ﻧﻔﺲ اﻷﻣﺮ ﻣﻊ اﻟﺸﻚ ﻓﻲ ﺣﻠﻬﺎ ﻭﻗﻮﺓ اﻟﻨﻜﺎﺡ اﻟﻤﺎﻧﻊ ﻟﺬﻟﻚ ﻇﺎﻫﺮا *(ﺃﻭ) اﺭﺗﺎﺑﺖ (ﺑﻌﺪﻫﺎ) ﺃﻱ اﻟﻌﺪﺓ (ﻭﺑﻌﺪ ﻧﻜﺎﺡ) ﻵﺧﺮ (اﺳﺘﻤﺮ) اﻟﻨﻜﺎﺡ ﻟﻮﻗﻮﻋﻪ ﺻﺤﻴﺤﺎ ﻇﺎﻫﺮا ﻓﻼ ﻳﺒﻄﻞ ﺇﻻ ﺑﻴﻘﻴﻦ (ﺇﻻ ﺃﻥ ﺗﻠﺪ ﻟﺪﻭﻥ ﺳﺘﺔ ﺃﺷﻬﺮ ﻣﻦ) ﺇﻣﻜﺎﻥ اﻟﻌﻠﻮﻕ ﺑﻌﺪ (ﻋﻘﺪﻩ) ﻓﻼ ﻳﺴﺘﻤﺮ ﻟﺘﺤﻘﻖ اﻟﻤﺒﻄﻞ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﻓﻴﺤﻜﻢ ﺑﺒﻄﻼﻧﻪ ﻭﺑﺄﻥ اﻟﻮﻟﺪ ﻟﻷﻭﻝ ﺇﻥ ﺃﻣﻜﻦ ﻛﻮﻧﻪ ﻣﻨﻪ ﺃﻣﺎ ﺇﺫا ﻭﻟﺪﺕ ﻟﺴﺘﺔ ﺃﺷﻬﺮ ﻓﺄﻛﺜﺮ ﻓﺎﻟﻮﻟﺪ ﻟﻠﺜﺎﻧﻲ؛ ﻷﻥ ﻓﺮاﺷﻪ ﻧﺎﺟﺰ ﻭﻧﻜﺎﺣﻪ ﻗﺪ ﺻﺢ ﻇﺎﻫﺮا ﻓﻠﻢ ﻳﻨﻈﺮ ﻹﻣﻜﺎﻧﻪ ﻣﻦ اﻷﻭﻝ ﻟﺌﻼ ﻳﺒﻄﻞ ﻣﺎ ﺻﺢ ﺑﻤﺠﺮﺩ اﻻﺣﺘﻤﺎﻝ* ﻭﻫﻞ ﻳﻌﺘﺒﺮ ﻫﻨﺎ ﻟﺤﻈﺔ ﻳﺤﺘﻤﻞ ﻻ اﺣﺘﻴﺎﻃﺎ ﻟﻠﻨﺴﺐ اﻟﻨﺎﺟﺰ ﻹﻣﻜﺎﻧﻪ ﻭﻛﺎﻟﺜﺎﻧﻲ ﻓﻴﻤﺎ ﺫﻛﺮ ﻭﻁء اﻟﺸﺒﻬﺔ ﺑﻌﺪ اﻟﻌﺪﺓ ﻓﻴﻠﺤﻘﻪ اﻟﻮﻟﺪ ﺇﺫا ﺃﻣﻜﻦ ﻣﻨﻪ ﻭﺇﻥ ﺃﻣﻜﻦ ﻣﻦ اﻷﻭﻝ ﺃﻳﻀﺎ ﻻﻧﻘﻄﺎﻉ اﻟﻨﻜﺎﺡ ﻭاﻟﻌﺪﺓ ﻋﻨﻪ ﻇﺎﻫﺮا (ﺃﻭ) اﺭﺗﺎﺑﺖ (ﺑﻌﺪﻫﺎ ﻗﺒﻞ ﻧﻜﺎﺡ ﻓﻠﺘﺼﺒﺮ) ﻧﺪﺑﺎ ﻭﺇﻻ ﻛﺮﻩ ﻭﻗﻴﻞ ﻭﺟﻮﺑﺎ (ﻟﺰﻭاﻝ اﻟﺮﻳﺒﺔ) اﺣﺘﻴﺎﻃﺎ
ﻓﺈﻥ ﻧﻜﺤﺖ) ﻭﻟﻢ ﺗﺼﺒﺮ ﻟﺬﻟﻚ (ﻓﺎﻟﻤﺬﻫﺐ ﻋﺪﻡ ﺇﺑﻄﺎﻟﻪ) ﺃﻱ اﻟﻨﻜﺎﺡ (ﻓﻲ اﻟﺤﺎﻝ) ؛ ﻷﻧﺎ ﻟﻢ ﻧﺘﺤﻘﻖ اﻟﻤﺒﻄﻞ (ﻓﺈﻥ ﻋﻠﻢ ﻣﻘﺘﻀﻴﻪ) ﺃﻱ اﻟﺒﻄﻼﻥ ﺑﺄﻥ ﻭﻟﺪﺕ ﻟﺪﻭﻥ ﺳﺘﺔ ﺃﺷﻬﺮ ﻣﻤﺎ ﻣﺮ (ﺃﺑﻄﻠﻨﺎﻩ) ﺃﻱ ﺣﻜﻤﻨﺎ ﺑﺒﻄﻼﻧﻪ ﻟﺘﺒﻴﻦ ﻓﺴﺎﺩﻩ ﻭﺇﻻ ﻓﻼ ﻭﻟﻮ ﺭاﺟﻌﻬﺎ ﻭﻗﺖ اﻟﺮﻳﺒﺔ ﻭﻗﻔﺖ اﻟﺮﺟﻌﺔ ﻓﺈﻥ ﺑﺎﻥ ﺣﻤﻞ ﺻﺤﺖ ﻭﺇﻻ ﻓﻼ.
*الفتاوى الفقهية الكبرى؛ ج ٤، ص ١٩٨*
(ﻭﺳﺌﻞ) - ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻨﻪ - ﻋﻦ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﺷﻜﺖ ﻓﻲ ﻛﻮﻧﻬﺎ ﺣﺎﻣﻠﺎ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﻔﺮﺍﻕ ﺃﻭ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﻗﻠﻨﺎ ﺇﻥ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺃﻥ ﺗﺘﺮﺑﺺ ﺇﻟﻰ ﺃﺷﻬﺮ ﺍﻟﺤﻤﻞ ﻓﻤﻦ ﺃﻳﻦ ﺍﺑﺘﺪﺍﺅﻫﺎ?
(ﻓﺄﺟﺎﺏ) ﻧﻔﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﻪ ﺑﺄﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﺻﺮﺡ ﺑﻪ ﺍﻟﺸﻴﺨﺎﻥ ﻭﻏﻴﺮﻫﻤﺎ ﺃﻥ ﻣﻦ ﺍﻧﻘﻀﺖ ﻋﺪﺗﻬﺎ ﺑﺎﻟﺄﻗﺮﺍﺀ, ﺃﻭ ﺑﺎﻟﺄﺷﻬﺮ ﻭﻫﻲ ﻣﺮﺗﺎﺑﺔ ﺑﺎﻟﺤﻤﻞ ﻟﻤﺎ ﺗﺠﺪﻩ ﻣﻦ ﻧﺤﻮ ﺛﻘﻞ, ﺃﻭ ﺣﺮﻛﺔ ﻟﻢ ﻳﺠﺰ ﻟﺄﺣﺪ ﺃﻥ ﻳﻨﻜﺤﻬﺎ ﺣﺘﻰ ﺗﺰﻭﻝ ﺍﻟﺮﻳﺒﺔ; ﻟﺄﻥ ﺍﻟﻌﺪﺓ ﻗﺪ ﻟﺰﻣﺘﻬﺎ ﺑﻴﻘﻴﻦ ﻓﻠﺎ ﺗﺨﺮﺝ ﻋﻨﻬﺎ ﺇﻟﺎ ﺑﻴﻘﻴﻦ, ﻓﺈﻥ ﻧﻜﺤﺖ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﺑﺎﻃﻠﺎ ﺃﻱ: ﻓﻲ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﺣﺘﻰ ﻟﻮ ﺑﺎﻥ ﻋﺪﻡ ﺍﻟﺤﻤﻞ ﺻﺢ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﺍﻟﺈﺳﻨﻮﻱ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻗﻴﺎﺳﺎ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺑﺎﻉ ﻣﺎﻝ ﺃﺑﻴﻪ ﻇﺎﻧﺎ ﺣﻴﺎﺗﻪ ﻓﺒﺎﻥ ﻣﻴﺘﺎ,
*ﺃﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﺍﻧﻘﻀﺖ ﻋﺪﺗﻬﺎ ﺛﻢ ﺍﺭﺗﺎﺑﺖ ﻓﻨﻜﺎﺣﻬﺎ ﺻﺤﻴﺢ ﻟﻜﻨﻪ ﺧﻠﺎﻑ ﺍﻟﺄﻭﻟﻰ*
*ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺻﺢ ﺍﻟﺤﻜﻢ ﺑﺎﻧﻘﻀﺎﺀ ﺍﻟﻌﺪﺓ ﻇﺎﻫﺮﺍ ﻓﻠﺎ ﻳﺒﻄﻞ ﺑﺎﻟﺸﻚ ﻭﻣﺤﻠﻪ ﺇﻥ ﻟﻢ ﺗﺄﺕ ﺑﻮﻟﺪ, ﺃﻭ ﺃﺗﺖ ﺑﻪ ﻟﻜﻨﻪ ﻟﺴﺘﺔ ﺃﺷﻬﺮ ﻣﻦ ﻭﻗﺖ ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﺃﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﺃﺗﺖ ﺑﻪ ﻟﺪﻭﻥ ﺳﺘﺔ ﺃﺷﻬﺮ ﻣﻦ ﻭﻗﺖ ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﻓﺈﻧﺎ ﻧﺘﺒﻴﻦ ﺑﻄﻠﺎﻥ ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﻭﻳﻠﺤﻖ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﺑﺎﻟﺄﻭﻝ* ﻭﺇﺫﺍ ﺗﻘﺮﺭ ﺫﻟﻚ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﺠﻮﺍﺏ ﻋﻦ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﺴﺎﺋﻞ ﻓﻲ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﺷﻜﺖ. . . ﺇﻟﺦ ﻭﺇﻳﻀﺎﺣﻪ ﺃﻥ ﺷﻜﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻤﻞ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﻔﺮﺍﻕ ﻟﺎ ﻋﺒﺮﺓ ﺑﻪ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻤﺪﺍﺭ ﻋﻠﻰ ﺷﻜﻬﺎ ﻓﻴﻪ ﻗﺒﻞ ﺍﻧﻘﻀﺎﺀ ﺍﻟﻌﺪﺓ, ﺃﻭ ﺑﻌﺪﻩ ﻓﻔﻲ ﺍﻟﺤﺎﻝ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﻳﺠﻮﺯ ﻧﻜﺎﺣﻬﺎ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺤﺎﻝ ﺍﻟﺄﻭﻝ ﻟﺎ ﻳﺠﻮﺯ ﻧﻜﺎﺣﻬﺎ ﺣﺘﻰ ﻳﺰﻭﻝ ﺍﻟﺸﻚ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻤﺾ ﺃﺭﺑﻊ ﺳﻨﻴﻦ ﻓﺄﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﻭﻗﺖ ﺇﻣﻜﺎﻥ ﺍﻟﺎﺟﺘﻤﺎﻉ ﻗﺒﻴﻞ ﺍﻟﻄﻠﺎﻕ; ﻟﺄﻧﻬﺎ ﻟﻮ ﻭﻟﺪﺕ ﺑﻌﺪ ﻣﻀﻲ ﺫﻟﻚ ﻟﻢ ﻳﻠﺤﻖ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﺍﻟﻤﻄﻠﻖ ﻓﻠﺎ ﻭﺟﻪ ﻟﺘﺮﺑﺼﻬﺎ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﺑﻠﺎ ﻧﻜﺎﺡ; ﻟﺄﻥ ﺣﻤﻠﻬﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻦ ﺫﻭﻱ ﺍﻟﻌﺪﺓ ﻓﻠﺎ ﻳﺘﻮﻗﻒ ﺍﻧﻘﻀﺎﺅﻫﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻧﻔﺼﺎﻟﻪ ﺑﺨﻠﺎﻑ ﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﻤﺾ ﺫﻟﻚ ﻓﺈﻧﻬﺎ ﻣﺎ ﺩﺍﻣﺖ ﺷﺎﻛﺔ ﻟﺎ ﻳﺤﻞ ﻧﻜﺎﺣﻬﺎ ﻟﺎﺣﺘﻤﺎﻝ ﺃﻥ ﺣﻤﻠﻬﺎ ﻣﻦ ﺫﻱ ﺍﻟﻌﺪﺓ ﺑﻞ ﻫﻮ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ; ﻟﺄﻧﻪ ﻳﻠﺤﻘﻪ ﻓﻮﺟﺐ ﺍﻟﺘﺮﺑﺺ
ﺣﺘﻰ ﺗﺘﻴﻘﻦ ﺑﺮﺍﺀﺓ ﺭﺣﻤﻬﺎ ﻣﻨﻪ, ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﻋﻠﻢ.
*حاشية إعانة الطالبين؛ ج ٤، ص ٤٦*
(ﻗﻮﻟﻪ: ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﻧﻜﺎﺡ ﻓﺎﺳﺪ) ﺃﻱ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﻭﻃﺌﻪ ﺑﻨﻜﺎﺡ ﻓﺎﺳﺪ, ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻮﻃﺊ ﺑﺎﻟﻨﻜﺎﺡ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﺷﺒﻬﺔ
Komentar
Posting Komentar